Kisah 25 Tahun Lalu, Ketika Mahasiswa Aktivis SIRA Diberondong dan Dilempari Granat
25 tahun lalu, dua aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) menjadi korban pemberondongan dan sasaran granat
Penulis: Muktar Lukfi | Editor: Yocerizal
Dari mobil itu, rinci Danrem, ditemukan sejumlah barang bukti berupa satu pistol FN-46 dengan lima butir peluru, 15 butir peluru M-16, dua STNK mobil masing-masing BL 8034-AE atas nama Kanwil Depag Aceh, STNK BL 475 AF atas nama PT Petrolindo Trantama.
Selain itu juga ditemukan satu STNK sepeda motor BL 4022- AN, atas nama Asengko, dua handy talky (HT) merek Motorolla, satu hand phone merek Ericsson, sebilah pedang panjang dan belati, dan dokumen lainnya.
"Kedua mayat itu adalah anggota GAM, mereka sengaja dibunuh di tempat itu oleh temannya sendiri," kata Danrem sambil menjelaskan beberapa alasan dugaannya.
Ketika ditanya tentang ditembaknya rombongan mahasiswa SIRA di lokasi yang tidak jauh dari temuan mayat, Danrem menyatakan tidak tahu.
"Saya tidak tahu apa kaitannya, antara penemuan mayat dengan tertembaknya mahasiswa tersebut," kata Danrem.
Menurut Danrem, mayat kedua lelaki itu bersama barang bukti yang ditemukan sengaja dibawa ke markas Batalyon, dan selanjutnya akan diserahkan kepada keluarganya di Pidie.
"Saya sudah hubungi Dandim Pidie, agar keluarga korban dihubungi untuk mengambil kedua mayat itu," kata Danrem.
Mengutuk
Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEM) Unaya Aceh dalam siaran pers yang ditandatangani Sekretaris Umum Afrizala dan disampaikan kepada Serambi kemarin, mengutuk penembakan yang dilakukan terhadap mahasiswa.
"Kami mendesak supaya kejadian tersebut diusut secara tuntas," kata Afrizala.
Kutukan terhadap penembakan mahasiswa itu, juga datang dari FP-HAM yang disampaikan Direktur Executif Syaifuddin Bantasyam.
Menurutnya, penembakan terhadap relawan kemanusiaan itu merupakan bentuk perlawanan terbuka terhadap tugas-tugas membantu masyarakat yang tertindas.
Melihat urutan kejadiannya, kata Syaifuddin Bantasyam, kasus tersebut merupakan satu bentuk provokasi terencana untuk memancing kemarahan dari relawan, aktivis mahasiswa dan masyarakat luas untuk kemudian berlaku anarkis dan lantas dibasmi habis. Misalnya dengan pemberlakuan darurat militer.
"Ujung-ujungnya bisa mengarah ke situ," katanya.
Ia mengimbau agar relawan dan masyarakat untuk waspada terhadap pancingan-pancingan dari pihak tertentu.
"Kami tuntut agar pihak keamanan melakukan pengusutan resmi atas kejadian tersebut, dan dapat dimulai dengan memeriksa keadaan TKP, saksi- saksi dan jenis peluru yang ditembakkan. Termasuk jenis kendaraan yang digunakan pada malam itu,"
"Jika pengusutan tidak dilakukan, maka rasa tak percaya masyarakat kepada pihak keamanan semakin besar. Terlebih-lebih kejadian di Bakongan," katanya. (Arsip Serambi Indonesia/Tribun Nanggroe/Muktar Lukfi)
mahasiswa
Berondonggan
Mahasiswa di Granat
Mahasiswa Aktivis SIRA
Aceh Masa Konflik
Mahasiswa Aktivis SIRA Diberondong
Mahasiswa Aktivis SIRA Dilempari Granat
Aceh 25 Tahun Lalu
Gapelmadya dan Himasos UTU Serahkan Donasi untuk Korban Kebakaran Pesantren Babul Magfirah |
![]() |
---|
Jajak Pendapat CNN 25 Tahun Lalu, 59 Persen Responden Setuju jika Aceh Merdeka |
![]() |
---|
Kontak Tembak di Lamtamot 25 Tahun Lalu, 1 Tewas dan 4 Cedera, Termasuk Anggota TNI |
![]() |
---|
Komunitas GenBI Komisariat USK Sosialisasikan Gerakan Menabung Sejak Dini di SD Negeri 72 |
![]() |
---|
Muzammil Hasballah Apresiasi Program Pembinaan Karakter Berbasis Al-Qur'an di USK |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.