Kisah 25 Tahun Lalu, Ketika Mahasiswa Aktivis SIRA Diberondong dan Dilempari Granat
25 tahun lalu, dua aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) menjadi korban pemberondongan dan sasaran granat
Penulis: Muktar Lukfi | Editor: Yocerizal
"Setelah disisir, kami temukan enam butir kelongsong peluru M 16 buatan Pindad, dan satu kunci granat. Dua kelongsong peluru dan kunci granat itu telah kami pinjamkan ke polisi untuk bahan pengusutan selanjutnya," kata Alfian.
Menurut Alfian dan kawan-kawannya, mereka tidak pernah melihat adanya mayat dua lelaki yang disebutkan kena tembak di kawasan Geuceu Meunara.
Atas kejadian itu, Muhammad Nazar menyatakan, apa yang kami takutkan ternyata terbukti. Kami memang sengaja dipancing. Ini merupakan suatu bukti adanya keinginan supaya darurat militer diberlakukan di Aceh.
"Saya minta seluruh masyarakat Aceh jangan sampai terpancing untuk mengambil tindakan yang merugikan kita semua, walaupun dua anggota SIRA telah menjadi korban penembakan," ujar Muhamamd Nazar.
Bahkan Tgk Fadli, seorang pengurus Thaliban Aceh yang ikut dalam rombongan malam itu, kepada Serambi tadi malam mengatakan, pada saat terjadi penghadangan ia ingin serbu langsung orang bersenjata yang menggunakan kendaraan trail.
Tetapi niat itu urung, sampai kemudian ia tak tahu apa-apa lagi memikirkan apakah ada teman- teman mahasiswa yang tertembak setelah terdengar rentetan tembakan.
Nazar menyatakan, bahwa pihak GAM sendiri telah menyepakati untuk melakukan colling down dan terus berupaya memperjuangkan referendum untuk Aceh secara politik, baik di tingkat nasional maupun internasional.
"Kita mau lihat, dengan collingdown-nya pihak GAM, siapa lagi yang bermain untuk mengacaukan Aceh ini," kata Muhammad Nazar.
Dua Mayat
Danrem 012/TU Kolonel Czi Syarifuddin Tippe, kepada wartawan di Markas Batalyon 112/DJ mengatakan, bahwa Kamis (24/ 11/1999) di kawasan Desa Geuceu Meunara, anggota Batalyon 112/DJ menemukan dua mayat lelaki asal Pidie dengan luka tembak di tubuhnya.
Dan, di lokasi itu juga ditemukan satu mobil Toyota Kijang dengan plat nomor polisi terpasang BL 953 KL.
Kedua mayat lelaki itu, Ridwan Umar (42) warga Panteraja, Trienggadeng Pidie, dan Admi Anzid (33) warga Desa Dayah Muara Pekan Baru, Kecamatan Tiro Pidie.
Menurut Danrem, kedatangan anggota TNI ke lokasi itu setelah seorang anggota Batalyon menerima telepon dari kemenakannya yang tinggal di kawasan tersebut. Si penelepon, kata Danrem, melaporkan mendengar suara tembakan di depan rumahnya.
"Beberapa malam sebelumnya, kemanakan anggota kita itu! juga menerima ancaman dari pihak yang mencoba memerasnya," kata Danrem.
Setelah menyisir lokasi, selain menemukan dua mayat itu, anggota Batalyon juga menemukan satu mobil Toyota Kijang.
Baca juga: Tembak Rekannya Sesama Polisi di Polres Solok Selatan, AKP Dadang Iskandar Diancam Hukuman Mati
mahasiswa
Berondonggan
Mahasiswa di Granat
Mahasiswa Aktivis SIRA
Aceh Masa Konflik
Mahasiswa Aktivis SIRA Diberondong
Mahasiswa Aktivis SIRA Dilempari Granat
Aceh 25 Tahun Lalu
Gapelmadya dan Himasos UTU Serahkan Donasi untuk Korban Kebakaran Pesantren Babul Magfirah |
![]() |
---|
Jajak Pendapat CNN 25 Tahun Lalu, 59 Persen Responden Setuju jika Aceh Merdeka |
![]() |
---|
Kontak Tembak di Lamtamot 25 Tahun Lalu, 1 Tewas dan 4 Cedera, Termasuk Anggota TNI |
![]() |
---|
Komunitas GenBI Komisariat USK Sosialisasikan Gerakan Menabung Sejak Dini di SD Negeri 72 |
![]() |
---|
Muzammil Hasballah Apresiasi Program Pembinaan Karakter Berbasis Al-Qur'an di USK |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.