Kisah 25 Tahun Lalu, Ketika Mahasiswa Aktivis SIRA Diberondong dan Dilempari Granat

25 tahun lalu, dua aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) menjadi korban pemberondongan dan sasaran granat

Penulis: Muktar Lukfi | Editor: Yocerizal
Arsip Serambi Indonesia/Tribunnanggroe.Com/Muktar Lukfi
Dokumen berita berjudul: Mahasiswa Digranat dan Diberondong, yang dimuat Harian Serambi Indonesia, edisi jumat 25 Oktober 1999. 

"Setelah disisir, kami temukan enam butir kelongsong peluru M 16 buatan Pindad, dan satu kunci granat. Dua kelongsong peluru dan kunci granat itu telah kami pinjamkan ke polisi untuk bahan pengusutan selanjutnya," kata Alfian.

Menurut Alfian dan kawan-kawannya, mereka tidak pernah melihat adanya mayat dua lelaki yang disebutkan kena tembak di kawasan Geuceu Meunara.

Atas kejadian itu, Muhammad Nazar menyatakan, apa yang kami takutkan ternyata terbukti. Kami memang sengaja dipancing. Ini merupakan suatu bukti adanya keinginan supaya darurat militer diberlakukan di Aceh.

"Saya minta seluruh masyarakat Aceh jangan sampai terpancing untuk mengambil tindakan yang merugikan kita semua, walaupun dua anggota SIRA telah menjadi korban penembakan," ujar Muhamamd Nazar.

Bahkan Tgk Fadli, seorang pengurus Thaliban Aceh yang ikut dalam rombongan malam itu, kepada Serambi tadi malam mengatakan, pada saat terjadi penghadangan ia ingin serbu langsung orang bersenjata yang menggunakan kendaraan trail.

Tetapi niat itu urung, sampai kemudian ia tak tahu apa-apa lagi memikirkan apakah ada teman- teman mahasiswa yang tertembak setelah terdengar rentetan tembakan.

Nazar menyatakan, bahwa pihak GAM sendiri telah menyepakati untuk melakukan colling down dan terus berupaya memperjuangkan referendum untuk Aceh secara politik, baik di tingkat nasional maupun internasional.

"Kita mau lihat, dengan collingdown-nya pihak GAM, siapa lagi yang bermain untuk mengacaukan Aceh ini," kata Muhammad Nazar.

Dua Mayat

Danrem 012/TU Kolonel Czi Syarifuddin Tippe, kepada wartawan di Markas Batalyon 112/DJ mengatakan, bahwa Kamis (24/ 11/1999) di kawasan Desa Geuceu Meunara, anggota Batalyon 112/DJ menemukan dua mayat lelaki asal Pidie dengan luka tembak di tubuhnya.

Dan, di lokasi itu juga ditemukan satu mobil Toyota Kijang dengan plat nomor polisi terpasang BL 953 KL.

Kedua mayat lelaki itu, Ridwan Umar (42) warga Panteraja, Trienggadeng Pidie, dan Admi Anzid (33) warga Desa Dayah Muara Pekan Baru, Kecamatan Tiro Pidie.

Menurut Danrem, kedatangan anggota TNI ke lokasi itu setelah seorang anggota Batalyon menerima telepon dari kemenakannya yang tinggal di kawasan tersebut. Si penelepon, kata Danrem, melaporkan mendengar suara tembakan di depan rumahnya.

"Beberapa malam sebelumnya, kemanakan anggota kita itu! juga menerima ancaman dari pihak yang mencoba memerasnya," kata Danrem.

Setelah menyisir lokasi, selain menemukan dua mayat itu, anggota Batalyon juga menemukan satu mobil Toyota Kijang.

Baca juga: Tembak Rekannya Sesama Polisi di Polres Solok Selatan, AKP Dadang Iskandar Diancam Hukuman Mati

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved