Dedikasi Tanpa Batas, Dua Guru SMAN 3 Tepsel Dorong Motor Melawan Arus Banjir Demi Mengajar

Penulis: Amat Sanuri
Editor: Yocerizal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Guru SMAN 3 Teupah Selatan yang sedang mendorong motor untuk melewati sebuah jembatan yang terkena banjir

Laporan Amat Sanuri | Banda Aceh

TRIBUNNANGGROE.COM, SINABANG - Dua orang guru SMAN 3 Teupah Selatan yang bernama Riswal Fenita, S. Pd dan Julianti, S. Pd. Gr, tengah  berusaha mendorong motor untuk menyeberangi sebuah jembatan di jalan lintas Nancawa-Suak Lamatan yang terkena banjir.

Kedua guru tersebut berupaya melewati jembatan yang terendam banjir untuk menuju ke sekolah yang berlokasi di Desa Suak Lamatan, Kecamatan Teupah Selatan, Kabupaten Simeulue pada Sabtu (12/10/2024) pagi. 

Diketahui, hujan melanda kota Sinabang dan sekitarnya sejak Jum'at malam hingga pagi Sabtu sehingga menyebabkan banjir di beberapa lokasi.

Julianti (37) yang merupakan seorang guru Pendidikan Kimia yang berstatus PPPK di  SMAN 3 Teupah Selatan kepada Tribunnanggroe.com mengatakan, jalan tersebut merupakan jalan pintas yang sering dilalui dari sekolah menuju tempat tinggalnya yang berada Desa Suka Karya, Kecamatan Simeulue Timur (Simtim) dengan jarak tempuh sekitar 30 menit.

Ia juga tidak mengetahui bahwasanya jalan lintas Nancawa-Suak Lamatan yang sering dilaluinya terkena banjir.

"Memang semalam terjadi hujan hingga pagi disini. Karena hingga pagi hujan masih belum reda, saya pergi pakai mantel hujan ke sekolah melewati jalan Nancawa ke Suak Lamatan,"

"Sebelumnya saya juga tidak tahu kalau di situ banjir. Sampai di area persawahan, rupanya salah satu jembatan di situ banjir,"

"Karena jaraknya tidak jauh lagi kesekolah, jadi saya coba pelan-pelan dorong motor di bantu sama kawan juga, guru juga di SMAN 3 yang kebetulan lewat di situ,"

"Kami dorongnya pelan-pelan karena licin, terus arusnya juga cukup kuat, makanya pelan-pelan biar enggak terseret air yang meluap," ucap Julianti.

Baca juga: 12 Pengunjung Tur Berhasil Dikeluarkan dari Tambang Emas setelah Terjebak 7 Jam, Satu Meninggal

Julianti juga mengungkapkan bahwasanya jalan tersebut merupakan jalan pintas yang lebih dekat menuju ke sekolah. 

"Kalau lewat Nancawa, itu lebih cepat dan lebih dekat jarak tempunya. Memang bisa juga lewat Busung tapi waktunya lebih lama dan lebih jauh di bandingkan lewat Nancawa," tambahnya. 

Adapun ketinggian air yang membanjiri jembatan tersebut mencapai betis kaki orang dewasa.

"Kira-kira tinggi airnya sampai betis orang dewasa" tambah Julianti.

Julianti juga mengungkapkan alasannya tetap ke sekolah untuk mengajar walaupun masih hujan dan berusaha melewati jembatan yang digenangi oleh banjir.

Ia mengungkapkan kesungguhannya didasari tanggung jawab dan rasa kasihan kepada siswanya yang telah menunggu di sekolah.

"Kenapa saya tetap ke sekolah walaupun hujan, tidak libur saja? Karena seorang guru tanggung jawabnya adalah mengajar, mendidik, membimbing dan menjadi teladan bagi peserta didiknya,"

"Kalau saya pulang, bagaimana dengan peserta didik yang sudah menunggu gurunya untuk masuk keruang kelas, dan kalau kita masih bisa lewati hujannya, kenapa tidak,"

"Gak ada kalimat yang namanya libur," tegas julianti. 

*) Penulis merupakan mahasiswa internships dari Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Aceh Barat.