Misteri Pagar Laut Sepanjang 30,16 Km di Tangerang, Pemerintah Dibuat Bingung

Keberadaan pagar ini memicu tanda tanya besar. Selain berdampak pada aktivitas nelayan, juga belum diketahui siapa pihak dibalik pemasangan pagar itu.

Editor: Yocerizal
Kompas.com
Pagar bambu misterius yang terpasang laut Kabupaten Tangerang, Banten sepanjang 30,16 km. Pagar itu dipasang oleh warga atas perintah pihak yang belum diketahui dari pihak mana.(Tangkap layar video Ombudsman RI) 

TRIBUNNANGGROE.COM - Pemerintah Provinsi Banten dibingungkan dengan sebuah pagar bambu di perairan Kabupaten Tangerang.

Pagar sepanjang 30,16 kilometer itu membentang dari Desa Muncung hingga Desa Pakuhaji.

Keberadaan pagar ini memicu tanda tanya besar. Karena selain berdampak pada aktivitas nelayan, juga belum diketahui siapa pihak yang berada di balik pemasangannya. 

Bagaimana bentuk dan struktur pagar laut ini? 

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten, Eli Susiyanti menjelaskan, pagar tersebut terbuat dari bambu atau cerucuk dengan ketinggian rata-rata 6 meter.

Struktur ini diperkuat dengan anyaman bambu, paranet, dan pemberat berupa karung berisi pasir. 

"Kemudian di dalam area pagar laut itu juga dibuat kotak-kotak yang bentuknya lebih sederhana dari pagar laut itu sendiri," kata Eli, dikutip dari Antara. 

Tidak hanya satu lapisan, pagar ini ternyata dibuat berlapis-lapis dengan jarak pintu setiap 400 meter yang dapat dilewati perahu. 

Namun, di dalamnya, masih terdapat lapisan pagar tambahan yang membentuk pola seperti labirin.

Baca juga: Ini Batas Maksimal Beli Token Listrik Diskon 50 Persen

Baca juga: Tahun 2720, Jepang Diperkirakan Hanya Punya 1 Anak, Pemerintah Buat Aplikasi Kencan

"Saya naik kapal, keliling, jadi itu (pagar bambu) bukan satu lapis, tapi berlapis-lapis,"

"Untuk apa? Kita belum bisa mengidentifikasi karena beragam informasinya," ujar Kepala Perwakilan Ombudsman RI Wilayah Banten, Fadli Afriadi, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (8/1/2025). 

Siapa yang memasang pagar laut ini? 

Pemasangan pagar laut ini diduga telah berlangsung selama enam bulan terakhir. 

Warga setempat mengaku menerima upah sebesar Rp 100.000 per orang untuk memasangnya pada malam hari.

Akan tetapi, hingga kini, pihak yang memerintahkan pemasangan tersebut belum teridentifikasi. 

"Siapa yang melakukan belum teridentifikasi. Mereka (warga) sampaikan malam-malam disuruh pasang dikasih uang Rp 100.000 per orang,"

"Cuma itu yang memerintahkan siapa, kita belum sampai situ," ucap Fadli. 

Informasi mengenai dalang di balik pemasangan pagar ini masih menjadi misteri dan menjadi fokus investigasi Ombudsman RI Banten.

Baca juga: MaTA: Penanganan Kasus Korupsi di Aceh Lebih Banyak Menyasar Dana Desa

Baca juga: Hilang Dua Hari Lalu Sepulang Sekolah, Remaja Perempuan asal Aceh Besar Ditemukan di Bandara Soetta

Apa dampaknya bagi nelayan dan masyarakat? 

Keberadaan pagar laut ini dinilai telah mengganggu aktivitas nelayan di wilayah tersebut. 

Banyak nelayan yang kesulitan mengakses area tangkapan ikan akibat struktur pagar yang tertutup berlapis-lapis. 

Fadli menegaskan bahwa keberadaan pagar ini bertentangan dengan prinsip dasar laut sebagai ruang terbuka yang tidak boleh dibatasi. 

"Tidak sesuai dengan prinsip bahwa laut itu kan terbuka, tidak boleh tertutup,"

"Padahal, DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan Banten) telah menyatakan bahwa tidak berizin," tegasnya. 

Selain itu, dampak ekonomi juga dirasakan oleh lebih dari 3.888 nelayan dan 502 pembudi daya yang sehari-hari beraktivitas di kawasan ini. 

Apakah pemasangan pagar laut Ini legal? 

Menurut Perda Nomor 1 Tahun 2023, kawasan tersebut merupakan zona pemanfaatan umum yang mencakup:

Setiap kegiatan pemanfaatan ruang laut yang berlangsung lebih dari 30 hari diwajibkan memiliki Izin Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL). 

Hal ini ditegaskan oleh Rasman Manafii dari Himpunan Ahli Pengelolaan Pesisir Indonesia (HAPPI). 

"Aktivitas di ruang laut aturannya itu harus ada KKPRL kalau kegiatannya di atas 30 hari," ungkap Rasman. 

Jika pemasangan pagar ini dilakukan tanpa izin KKPRL, maka bisa dikategorikan sebagai malaadministrasi.

Apa langkah selanjutnya dari ombudsman dan DKP Banten? 

Ombudsman RI Banten telah memulai investigasi untuk mengungkap pihak yang bertanggung jawab di balik pemasangan pagar ini. 

Mereka berencana memanggil pihak terkait, termasuk DKP Banten dan pihak lainnya yang dianggap memiliki informasi penting. 

"Pasti (memanggil Kepala DKP Banten). Kami masih mengidentifikasi pihak mana saja yang akan kami panggil," papar Fadli. 

Sementara itu, DKP Banten juga berjanji untuk melibatkan berbagai instansi terkait seperti TNI Angkatan Laut, Polairut, Satpol-PP, dan HNSI dalam menyelesaikan permasalahan ini.(*)

Baca juga: Sidang Sengketa Pilkada 2024, Hakim MK: Mancing Mania, Mantap!

Baca juga: Shin Tae-yong dan Perjalanannya Mengukir Sejarah untuk Tim Nasional Indonesia

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved