Apakah HIV dan AIDS Sama? Kenali Perbedaan, Gejala, dan Pencegahannya

HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, sedangkan AIDS adalah kondisi ketika HIV sudah pada tahap infeksi akhir.

Penulis: Amat Sanuri | Editor: Yocerizal
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Sukarelawan Yayasan AIDS Indonesia membawa poster saat melakukan kampanye bahaya HIV/AIDS di area Car Free Day, Bundaran HI, Jakarta, Minggu (29/1/2017). 

Laporan Amat Sanuri | Banda Aceh

TRIBUNNANGGROE.COM - Tanggal 1 Desember 2024 diperingati sebagai hari AIDS sedunia.

Peringatan hari AIDS sedunia merupakan salah satu bentuk komitmen dunia dalam mencegah dan memerangi penyakit AIDS.

Peringatan ini juga menjadi salah satu momen untuk menghormati mereka yang telah kehilangan nyawa akibat AIDS.

Berdasarkan data yang dilaporkan UNAIDS situs resmi tentang AIDS, setiap hari di tahun 2023, 570 perempuan dan anak perempuan muda berusia antara 15 dan 24 tahun tertular penyakit AIDS.

Bahkan di tahun 2023, sebanyak 630.000 orang meninggal karena penyakit terkait AIDS, dan 1,3 juta orang di seluruh dunia baru saja tertular HIV.

Namun, sebagian masyarakat masih bingung membedakan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

Padahal keduanya memiliki perbedaan. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.

Sedangkan AIDS adalah kondisi ketika HIV sudah pada tahap infeksi akhir dan sistem kekebalan tubuh rusak parah. 

Penyakit mematikan ini dapat ditularkan dari seseorang ke orang lain melalui kontak fisik seperti berhubungan intim.

Baca juga: Mantan Wakil Menteri Penang Gagal Terima Anugerah Wali Nanggroe Aceh, Dicekal karena Kasus Korupsi

Lantas, berapa lama HIV bisa berubah menjadi AIDS? 

Terkait hal ini, dokter spesialis penyakit dalam, dr Ahmad Akbar Sp PD memberikan penjelasan mengenai hal tersebut.

Melansir Tribunnews.com, ia mengungkapkan jika ada beberapa tahapan dari awal seseorang terinfeksi HIV. 

"Misalnya, gejala awal-awal di 2-4 minggu itu muncul hanya seperti orang serangan flu biasa. Jadi kayak pegal, demam, atau ada demam tinggi yang tidak tahu penyebabnya," ungkap dr Ahmad pada siaran sehat yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan secara virtual, Selasa (3/12/2024).

Gejala lain yang muncul adalah ditemukannya pembesaran kelenjar getah bening yang cukup banyak pada tubuh.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved