Jajak Pendapat CNN 25 Tahun Lalu, 59 Persen Responden Setuju jika Aceh Merdeka

25 tahun lalu, di tengah kecamuk konflik bersenjata, jaringan televisi terbesar dunia CNN, membuat jajak pendapat mengenai perlu tidaknya referendum

|
Penulis: Muktar Lukfi | Editor: Yocerizal
Arsip Serambi Indonesia/Tribunnanggroe.Com/Muktar Lukfi
Arsip Serambi Indonesia Senin, 29 November 1999, memberitakan jajak pendapat yang dilakukan CNN soal Aceh. 

"Hasilnya tidak dapat diambilkan untuk mewakili pendapat pengguna internet secara keseluruhan," demikian keterangan penyelenggaran jajak pendapat tersebut.

Sedangkan Koordinator Presidium Sentra Informasi Referendum Aceh (SIRA), Muhammad Nazar sebelumnya mengharapkan agar pemerintah RI menyetujui referendum di Aceh sebelum 4 Desember 1999, dengan opsi yang telah disepakati semua komponen masyarakat di daerah ini.

Dikatakannya, alasan mengambil 4 Desember 1999 itu karena bertepatan dengan HUT Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ke-23 yang diproklamirkan tahun 1976 di Tiro, Kabupaten Pidie.

"Kalau pada HUT-nya yang ke-23 juga tidak ada kepastian referendum di Aceh maka bisa saja terjadi hal-hal yang di luar dugaan," katanya tanpa menjelaskan maksudnya itu.

Menanggapi tentang opsi yang akan disepakati untuk referendum itu, ia menyebutkan, yakni opsi merdeka atau tetap bergabung dengan RI.

"Karena, kalau opsi merdeka tidak dimasukkan, maka GAM, sebagai bagian dari komponen masyarakat Aceh, merasa tidak terwakili aspirasinya," katanya.

Di Manila, Menteri Luar Negeri RI, Alwi Shibab, kepada pers mengatakan, dari berbagai kunjungan Presiden KH Abdurrahman Wahid ke luar negeri, ternyata tidak ada satupun negara menyatakan dukungan terhadap berpisahnya Aceh dari Indonesia.

Baca juga: Kontak Tembak di Lamtamot 25 Tahun Lalu, 1 Tewas dan 4 Cedera, Termasuk Anggota TNI

"Tidak ada satu negara pun yang dikunjungi Gus Dur yang mendukung separatisme, atau mendukung keluarnya Aceh dari Indonesia," kata Menlu Alwi Shihab menjawab pertanyaan wartawan usai pembukaan KTT Informal III ASEAN di Manila, Minggu.

Diungkapkannya pula, bahwa seringnya Presiden KH Abdurrahman Wahid melakukan lawatan ke luar negeri sebenarnya adalah untuk mencari penyelesaian berbagai masalah dalam negeri Indonesia, termasuk masalah Aceh.

"Mungkin banyak orang yang bertanya kenapa Gus Dur ini mementingkan ke luar negeri dari pada melihat persoalan di dalam negeri," kata Alwi Shihab.

Dengan lawatan ke luar negeri ini bukan berarti Gus Dur tidak mengindahkan hal-hal penting di dalam negeri.

"Justru ini adalah untuk memperkuat posisi kita dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dalam negeri, khususnya persoalan Aceh," kata Alwi Shihab.

Dalam upaya menyelesaikan masalah Aceh tersebut, menurut Alwi, Gus Dur telah bertemu tiga kepala negara Asia Timur, yaitu Jepang, Korea Selatan dan RR Cina di Manila.

"Mereka mendukung Gus Dur dalam mengatasi persoalan Aceh ini dengan cara dialog dan mendukung keutuhan teritori Indonesia," katanya.

Selain itu, tambah Menlu, ketiga pemimpin negara sahabat tersebut juga tidak dapat menerima adanya gerakan- gerakan separatis baik di Aceh maupun di tempat lain di Indonesia.

Halaman
123
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved