FBI Tangkap Pria Florida atas Dugaan Rencana Pengeboman Bursa Efek New York

FBI menangkap Harun Abdul-Malik Yener, seorang pria Florida, terkait rencana pengeboman Bursa Efek New York (NYSE)

Penulis: Syifa Salsabila | Editor: Yocerizal
Tribunnews.com
Ilustrasi Bursa Efek New York 

TRIBUNNANGGROE.COM - FBI menangkap Harun Abdul-Malik Yener, seorang pria Florida, terkait rencana pengeboman Bursa Efek New York (NYSE), menurut dokumen dakwaan yang dibuka pada Rabu (20/11/2024).

Yener didakwa dengan percobaan penggunaan bahan peledak untuk merusak atau menghancurkan bangunan yang digunakan dalam perdagangan antarnegara bagian. 

Dilansir dari CBS News, penyelidikan dimulai pada Februari setelah informasi bahwa Yener menyimpan bahan-bahan pembuatan bom di unit penyimpanan di Coral Springs, Florida. 

FBI menemukan jam tangan dengan pengatur waktu, papan sirkuit elektronik, dan perangkat lainnya di unit tersebut.

Yener, yang mengungkapkan niat bergabung dengan milisi, bertemu agen FBI yang menyamar dan meminta mereka menunjukkan foto NYSE serta bahan peledak untuk membantu menentukan lokasi penanaman bom. 

"Ada satu tempat yang sangat mudah, yang akan menjadi gebrakan besar. Banyak orang akan mendukungnya,"

"Mereka akan melihatnya dan berpikir, orang ini masuk akal, mereka merampok kita. Jadi itu sempurna," kata Yener kepada seorang agen rahasia bulan lalu, pada CBS News, Rabu (20/11/2024).

Baca juga: Dede Yusuf tak Yakin 500 Kasus Perceraian Terjadi akibat Perbedaan Pilihan di Pemilu

"Saya bahkan akan melakukan perjalanan ke sana untuk, seperti, mengaturnya, di New York," tambahnya.

Dia menyebut NYSE sebagai 'gebrakan besar' yang akan mendapat dukungan publik. 

Yener juga merencanakan untuk menyamar dan mendistribusikan pesan kepada pers mengenai alasan di balik serangan tersebut. 

Dalam percakapan dengan agen FBI, Yener menggambarkan serangan tersebut sebagai ledakan nuklir kecil yang akan membunuh siapa saja di luar dan dalam gedung.

Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan bahwa Yener telah mencari informasi online mengenai pembuatan bahan peledak dan mempertimbangkan untuk bergabung dengan ISIS pada 2015, namun membatalkan niat tersebut. 

Rencana serangan ini mengarah pada dugaan motivasi untuk reset pemerintah AS.(*)

Penulis merupakan mahasiswi internship dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved