Hari ini 25 Tahun Lalu, Belasan Ribu Warga Pidie Mengungsi Akibat Konflik

Tepat pada hari ini, Kamis 10 Oktober 2024, kita mengenang peristiwa 25 tahun lalu di Kabupaten Pidie.

|
Penulis: Ariel Ananda | Editor: Yocerizal
Arsip Serambi Indonesia/Tribunnanggroe.Com/Ariel Ananda
Belasan ribu jiwa warga Kecamatan Bandardua, Pidie mengungsi ke ibukota kecamatan, Ulee Gle. 

Tiga desa tersebut adalah Kelurahan Keude Ulee Gle. Kampung Ulee Gle, dan Muko Kuthang. Sehingga, warga dari tiga desa tersebut, terpaksa menampung sejumlah pengungsi.

Setiap rumah penduduk dari tiga desa itu, menurut Ramli, terpaksa ditampung 10-15 jiwa pengungsi. Selebihnya, mereka terpaksa berlindung di tempat-tempat umum.

"Kami harus menampung mereka, karena mereka adalah saudara kami juga," sebut seorang pemilik rumah di Keude Ulee Gle.

Pengamatan Serambi, kelihataannya pengungsi kali ini tak sama dengan pengungsi yang pernah ada beberapa waktu lalu. Artinya, mereka tak ada tempat untuk mengadu apalagi meminta perlindungan.

Karena belum terbentuknya panitia dan dapur umum. Sehingga, puluhan dari pengungsi kemarin menderita sakit dan trauma.

Baca juga: 1.500 Suporter Indonesia dari Timur Tengah Siap Dukung Timnas di Bahrain

Penyisiran yang dilakukan aparat, tak lepas dari peristiwa pemberondongan yang terjadi di Desa Drien Bungong, Sabtu (09/10) di lintas Banda Aceh Medan, persisnya Km 172-172.

Dalam pemborondongan itu, sempat terjadi kontak senjata antara TNI dengan selompok AGAM.

Terancam Lapar

Sementara itu, belasan ribu pengungsi di Masjid Abu Beureueh dan Meunasah Baro Barat Jaman Beureunuen terancam kelaparan, Karena mulai menipisnya pangan.

"Kami sekarang sudah terutang mencapai puluhan juta," kata M Yunus Anda, salah seorang panitia pengungsi.

Pengungsi di Masjid Abu Beureueh, menurut Yunus, sudah berlangsung sejak pertengahan Juni 1999. Umumnya, mereka berasal dari Kecamatan Tangse. Tapi, sekarang sudah didominasi warga Kecamatan Geumpang.

Sedangkan lainnya berasal dari Kecamatan Tiro dan Titeu Keumala. Dalam sebulan terakhir, tambah Yunus, panitia terpaksa berutang kepada pihak ketiga. Sehingga belasan ribu peng- ungsi tidak kelaparan. Apalagi, sekarang ini bantuan dari luar sangat minim.

"Kami terpaksa mencari beras setiap harinya," ungkap Yunus.

Walau pun kondisinya sudah sangat memprihatinkan, namun sejauh ini pengungsi belum pernah lapar, Kendati panitia harus memeras pikiran mencari bantuan kemana-mana.

"Kami sangat mengharapkan bantuan dan kepedulian dari semua pihak," katanya.

Karena tinggal di tempat yang kurang layak, sehingga ribuan pengungsi menderita berbagai penyakit. Misalnya mencret, demam panas, batuk, sakit mata, dan gangguan saluran pernapasan. Setiap hari mencapai ratusan yang dilayani petugas kesehatan.(Arsip Serambi Indonesia/Tribunnanggroe.com/Ariel Ananda)

Baca juga: VIDEO - Viral Bawa Oleh-oleh dari Indonesia ke Jepang untuk Guru Berujung Ditolak

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved