APIT AWE
Islah, Langkah Positif Ketua DPRA dan Wakil Gubernur Menuju Aceh Maju Ta Meuseuraya
Momentum ini bukan sekadar pertemuan biasa, tetapi simbol dari kebijaksanaan, kedewasaan, dan kepemimpinan yang visioner demi kemajuan Aceh.
Oleh: Verri Al-Buchari
ALHAMDULILLAH, spontan kalimat ini terucap dengan penuh rasa syukur ketika mendengar kabar baik bahwa Ketua DPRA, Zulfadli atau yang akrab disapa Abang Samalanga, dan Wakil Gubernur Aceh, Fadlullah, telah merangkul satu sama lain dalam semangat untuk berdamai.
Momentum ini bukan sekadar pertemuan biasa, tetapi simbol dari kebijaksanaan, kedewasaan, dan kepemimpinan yang visioner demi kemajuan Aceh.
Dengan didampingi para petinggi partai seperti Abu Razak, Sulaiman Abda, Juanda Djamal, dan tokoh lainnya, kedua pemimpin ini mencapai kata sepakat untuk mengakhiri polemik terkait pelantikan Al-Hudri sebagai Plt Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh.
Keputusan ini merupakan langkah besar yang patut diapresiasi, karena lebih dari sekadar meredakan tensi politik, tetapi juga bentuk nyata dari semangat 'ta meuseuraya', bersatu dalam membangun Aceh yang lebih baik.
Tak butuh waktu lama bagi isu ini untuk menyebar dan memicu beragam reaksi dari masyarakat. Ada yang mendukung sikap Ketua DPRA, sementara yang lain tetap berpihak pada Wakil Gubernur yang telah melantik Plt Sekda Aceh.
Situasi ini sempat mengancam harmoni antara legislatif dan eksekutif, dua pilar penting dalam pemerintahan yang seharusnya berjalan seiring demi kepentingan rakyat.
Namun, di tengah badai perbedaan, kebesaran hati kedua pemimpin ini kembali menyatukan Aceh. Mereka memilih untuk mengakhiri polemik, mengutamakan musyawarah, dan menjunjung tinggi semangat kebersamaan.
Elemen sipil sangat mengapresiasi langkah luar biasa ini. Keduanya telah menunjukkan bahwa kepentingan rakyat jauh lebih besar dari ego politik, bahwa Aceh hanya akan maju jika para pemimpinnya mampu berdiri di atas kepentingan bersama.
Baca juga: VIDEO - Viral Detik-detik Gibran Tepis Tangan Paspampres yang Cegah Kakek Pegang Pundak Wapres
Komitmen ini sejalan dengan visi besar pasangan Mualem-Dek Fadh, yakni 'Aceh Maju Ngen Meuseuraya'. Slogan ini bukan sekadar kata-kata, tetapi sebuah prinsip yang harus diwujudkan dalam setiap kebijakan dan tindakan pemimpin Aceh.
Kebersamaan antara Ketua DPRA dan Wakil Gubernur juga menjadi bukti nyata bahwa persatuan adalah fondasi utama bagi pembangunan yang berkelanjutan.
Pemerintahan Mualem-Dek Fadh baru berjalan 2 minggu sejak pelantikan pada 12 Februari 2025 oleh Menteri Dalam Negeri. Sehingga sangat disayangkan jika dalam usia pemerintahan yang masih seumur jagung, konflik dan kesalahpahaman justru menghambat langkah awal mereka.
Namun, dengan adanya rekonsiliasi ini, harapan kembali menyala. Aceh memiliki kesempatan besar untuk bangkit, selama para pemimpinnya tetap bersatu dan berkomitmen pada kemajuan daerah.
Harmoni antara legislatif dan eksekutif bukan hanya penting, tetapi mutlak diperlukan. Jika terjadi ketidaksepahaman yang berlarut-larut, dampaknya akan sangat besar terhadap pembangunan Aceh.
Oleh karena itu, kita semua berharap agar semangat ishlah ini terus dipertahankan, agar tak ada lagi konflik yang menghambat jalannya pemerintahan.
Langkah berani yang diambil oleh Ketua DPRA dan Wakil Gubernur Aceh ini adalah contoh nyata bahwa Aceh dapat maju jika para pemimpinnya bersedia mengutamakan kebersamaan di atas segalanya.
Semoga momentum ini menjadi awal yang baik untuk perjalanan panjang menuju Aceh yang lebih harmonis, sejahtera, dan bermartabat. Mari kita terus mendukung dan mengawal proses ini, demi Aceh yang lebih maju ta meuseuraya!
Baca juga: Terkait Barcode BBM, Forum Komunikasi Doktor Minta Pusat Hormati Kekhususan Aceh
*) Penulis adalah Koordinator Elemen Sipil.
APIT AWE adalah rubrik opini pembaca TribunNanggroe.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.